Gawea Geguritan: Ngemu Surasa Urmait Lan Ngajeni Marang Wong Tuwamu

Bagi sejumlah besar dari kita, penyajian puisi atau geguritan dalam konteks budaya dan tradisi Jawa seringkali menjadi sebuah tantangan sekaligus suatu hal yang mempesona. Salah satu ciri khas dalam geguritan Jawa adalah cara penyajiannya yang mengandung unsur kesopanan, menghargai, dan taat pada aturan atau tata cara. Membuat geguritan memerlukan keluasan wawasan dan kedalaman pemahaman akan celoteh kehidupan sehari-hari, serta kemampuan untuk menggali emosi dan menghargai orang tua — ini yang disebut sebagai “ngemu surasa urmait lan ngajeni marang wong tuwamu”.

Arti Ngemu Surasa Urmait Lan Ngajeni Marang Wong Tuwamu

“Ngemu surasa urmait lan ngajeni marang wong tuwamu” adalah frase dalam Bahasa Jawa yang berasal dari kata “ngemu” yang artinya mengerti, “surrasa” merujuk pada perasaan, “urmait” yang artinya tuntunan, dan “ngaajeni” yang bermakna menghormati. Sementara “marang wong tuwamu” adalah untuk orang tua Anda. Dengan demikian, frasa ini bisa diterjemahkan menjadi “memahami dan merasakan petunjuk yang diarahkan kepada perasaan seseorang, serta menghormati orang tua Anda”. Secara sederhana, frasa tersebut merujuk pada betapa pentingnya kita menghayati dan memahami perasaan orang lain, khususnya orang tua, dan selalu menghormati mereka.

Gawea Geguritan Kang Ngemu Surasa Urmait

Gawea geguritan atau olah kepuisian ini tidak hanya mengandung unsur penulisan, butuh nuansa kepekaan dan penghargaan untuk bisa benar-benar “ngemu surasa urmat”. Dalam menciptakan puisi, penyair harus bisa memahami dan merasakan setiap dalih dan metafora yang dipilihnya, menyusunnya ke dalam bait demi bait yang sangat menyentuh hati para pembaca atau pendengarnya.

Ngajeni Marang Wong Tuwamu

Dalam konteks “ngajeni marang wong tuwamu”, geguritan harus dibuat dengan rasa hormat dan cinta kasih terhadap orang tua. Dalam setiap kata dan bait, tampak begitu jelas kehormatan dan apresiasi terhadap mereka yang telah begitu banyak berkorban dan bersabar dalam menuntun kita dalam kehidupan ini.

Kesimpulan

Oleh karena itu, “gawea geguritan kang ngemu surasa urmait lan ngajeni marang wong tuwamu” adalah sebuah proses menciptakan puisi yang menyentuh, bermakna dan penuh hormat, khususnya kepada orang tua kita. Hal ini membantu kita lebih menghargai kehadiran mereka dalam hidup kita, lebih memahami setiap perasaan dan pengorbanan yang mereka berikan dan tentunya menjadi lebih bijak dan penyayang.